Wisata Sejarah Kereta Api Buitenzorg – Soekaboemi – Tjiandjoer (2)



Peta Jalur Perjalanan


Sambung lagi ya kisah Wisata Sejarah Kereta Api Buitenzorg - Soekaboemi - Tjiandjoer. Kisah sebelumnya bisa dibaca di sini.

Perjalanan Bogor – Sukabumi


Setelah melihat-lihat stasiun Bogor, maka kami diarahkan untuk segera bergegas menuju kereta yang akan membawa kami ke stasiun Paledang.
Ohya, saya baru tahu, bahwa untuk perkeretaapian, ternyata istilah gerbong untuk hewan.
Sedangkan untuk manusia, namanya kereta.
Jumlah peserta wisata pas satu kereta.

Jarak dari stasiun Bogor ke stasiun Paledang hanya 500 m. Jadi kami jalan kaki saja ramai-ramai. Kereta api yang menuju stasiun Sukabumi namanya KA Pangrango, dan berangkat tepat pukul 08.05 dari stasiun Paledang.
Ditilik dari peta perjalanan yang dibagikan ke kami, perjalanan ke Sukabumi, berarti menuju Selatan.
Waktu itu pagi hari cukup cerah, di sebelah kanan adalah gunung Salak (+2211 m), sedangkan di sebelah kiri tampak gunung Pangrango (+3019 m).


Stasiun pertama yang kami lalui adalah stasiun Batutulis, kemudian stasiun Ciomas, lanjut stasiun Maseng, kemudian sampai di stasiun Cigombong.
Di stasiun Cigombong kami berhenti lima menit, peserta wisata diberi kesempatan untuk turun dan mengambil foto panorama pemandangan sawah membentang, dan gunung di kejauhan.
Karena saya turun di kiri rangkaian kereta, maka gunung di kejauhan tadi adalah gunung Pangrango.


Stasiun Cigombong


Menariknya, sepanjang perjalanan kami mendapat penjelasan sejarah kawasan dataran tinggi sekitar gunung Salak dan Pangrango tersebut.
Wilayah Priangan di era kolonial merupakan wilayah perkebunan teh, karet, dan kina. Hasil perkebunan diangkut menuju stasiun terdekat untuk diangkut ke Batavia.
Bahkan tahun 1930, perkebunan kina milik pemerintah kolonial Belanda di Jawa merupakan pemasok utama hingga 97% produksi kina di dunia.
Seperti kita ketahui, pada waktu itu kina dimanfaatkan sebagai obat sakit malaria.
Bahkan di kota Bandung, di jalan Pajajaran, ada pabrik kina yang sempat mengharumkan nama kota Bandung.

Di lereng gunung Pangrango ada kawasan wisata Danau Lido, yang dapat dicapai dari jalan raya Bogor – Sukabumi. Danau ini merupakan danau buatan yang memanfaatkan air dari anak sungai Cisadane.
Kawasan wisata Danau Lido dibuat pada tahun 1898 dan merupakan tempat peristirahatanan bagi para petinggi pengawas pembangunan jalan dan pemilik perkebunan.
Bahkan Ratu Wilhelmina pun dikisahkan pernah menginap disini.

Menurut penjelasan pa Dicky, kalau kita perhatikan peta (mudah-mudahan teman-teman bisa zoom petanya) ada makam tentara Jerman di sekitar Danau Lido. Konon siih...kabarnya tentara Jerman tersebut sampai ke Indonesia melalui Surabaya. Di kemudian hari cikal-bakal pembuatan persenjataan dan alat-alat perang, kita belajar dari tentara Jerman tersebut. Mungkin teman-teman yang tertarik dengan pabrik senjata PINDAD di Bandung, bisa cek-cek sejarahnya.

Dari stasiun Cigombong, perjalan dilanjutkan melalui stasiun Cicurug, Parung Kuda, Cibadak, Karangtengah, Cisaat dan berakhir di stasiun Sukabumi.
Di daerah sekitar stasiun Cibadak ada daerah perkebunan bernama Cipetir, yang merupakan perkebunan karet.
Bedanya dengan karet lain yang disadap dari getah kulit pohon, maka getah dari perkebunan Cipetir merupakan hasil pengolahan dari daun pohon karet.
Getahnya diproses dengan memeras daun Gutta Percha dengan batu granit, sehingga getahnya dinamkan getah perca.
Produk getah perca dari perkebunan karet di Cipetir ini digunakan sebagai bahan insulator kabel telegraf bawah laut Transatlantik pada abad ke 19.




Cipetir menjadi terkenal kembali setelah ada seorang warga negara Inggris, bernama Tracey Williams yang menemukan lempengan sebesar tablet seperti karet bertuliskan ‘Tjipetir’ yang ditemukan di pantai Cornwall, Inggris, tahun 2012.
Ternyata penemuan sejenis juga terdapat di pantai Spanyol, Perancis, Belanda, Jerman, Norwegia, Swedia, dan Denmark.
Beberapa penelitian mengasumsikan bahwa benda tersebut adalah getah perca produksi pabrik karet Cipetir, Sukabumi, yang dibawa dengan kapal laut ke daratan Eropa.
Kemungkinan kapal tersebut karam sehingga isinya berceceran ratusan tahun kemudian.

Untuk membuat suasana lebih ceria, dalam perjalanan Bogor – Sukabumi panitia perjalanan mengadakan kuiz yang berkaitan dengan sejarah perkeretaapian.
Hadiahnya cukup menarik, karena tidak dijual di pasaran, yaitu buku tentang stasiun-stasiun kereta api di Indonesia, kemudian kartu pos dengan media cat air yang melukiskan berbagai stasiun lama di Indonesia.

kartu pos hadiah dari PT Kereta Api Indonesia



Pukul 10:09 kami tiba di stasiun Sukabumi dan harus segera pindah ke kereta lain untuk membawa kami ke Cianjur.


Perjalanan Sukabumi – Cianjur


Perjalanan dari Sukabumi ke Cianjur dilanjutkan dengan KA Perintis Siliwangi yang telah tersedia di jalur 2. Berbeda dengan kereta dari Bogor ke Sukabumi yang merupakan rangkaian kereta eksekutif dan ekonomi, maka kereta Perintis Siliwangi ini lebih sederhana.
Bangkunya ditata empat orang berhadapan.
Beberapa stasiun kecil kami lalui, antara lain Gandasoli, Cireungas, dan stasiun Lampegan.

Sebelum mencapai stasiun Lampegan, kereta api akan melalui terowongan jalur kereta api tertua memiliki panjang 683,76 m yang dibangun oleh Staatspoorwegen (SS) tahun 1879-1882.
Begitu keluar dari terowongan, kereta sempat berhenti sebentar untuk memberi kesempatan kepada peserta wisata untuk memotret terowongan dan berwefie ria secara kilat.
Kenapa terowongan ini dinamakan Lampegan, konon dari bahasa Belanda ‘lamp aan’.
Lamp artinya lampu. Aan, nyalakan.
Nyalakan lampu.
Karena akan masuk terowongan, jadi nyalakan lampu.
Sederhana saja ya ...


Terowongan Lampegan


Setelah melalui stasiun Lampegan, perjalanan dilanjutkan melalui stasiun Cibeber, Cilaku, dan akhirnya tiba di stasiun Cianjur pukul 11:45.
Peserta disambut oleh kepala stasiun Cianjur, dilanjutkan dengan istirahat, sholat, dan makan siang.
Setelah mendapat paparan tentang penyelenggara perjalanan wisata ini yaitu ICOMOS dan PT. Kereta Api Indonesia (Persero), kami pun foto bersama.


Foto Bersama di Stasiun Cianjur



Bagi peserta dari Bandung, melanjutkan perjalanan kembali ke Bandung dengan bus yang tadi pagi membawa kami ke Bogor. Bus ternyata sudah standby di halaman parkir stasiun Cianjur.
Duh, coba jalur kereta api Cianjur - Bandung aktiv, kan kami engga perlu repor-repot begini.
Konon kabarnya sih tahun-tahun yang akan datang akan diaktifkan kembali.
Lumayan lho, kalau naik kereta api tidak terjebak kemacetan.

Sedangkan peserta dari Jakarta, naik KA kembali ke Sukabumi dan dilanjutkan ke Bogor. Jadi mengulang kembali perjalanan seperti pagi hari. Katanya sih, yang kembali ke Sukabumi tersebut ada waktu untuk melihat-lihat bangunan stasiunnya, sebelum melanjutkan ke Bogor.




Tampak Depan Stasiun Cianjur


Selesailah perjalanan wisata sejarah kereta api dari Bogor – Sukabumi – Cianjur ini yang merupakan jalur kereta api pertama yang ada di Priangan.
Jalur yang awalnya dibangun untuk mengangkut hasil bumi dari pedalaman pegunungan Priangan menuju pelabuhan di Batavia (Jakarta).
Untuk masa yang akan datang, semoga jalur kereta api ini tidak lagi menjadi saksi bisu peristiwa sejarah yang terjadi, tetapi dapat dikembangkan lagi menjadi moda transportasi andalan.



Foto Bersama Peserta Wisata Sejarah




Sumber:

http://www.transportationheritage.com/second/2016/05/20/kunjungan-edukasi-sejarah-ke-stasiun-dan-terowongan-lampegan/

Oleh:
Tri Wahyu Handayani

Posting Komentar

28 Komentar

  1. lewat terowongan itu, rasanya gimana, Mbak? seru kali yaaa..? sudah lama gak main ke daerah barat :( terakhir ke Bogor, tapi cuma ke puncak, itu pun gak naik kereta api.

    BalasHapus
  2. Seru...gelap. Hehe...saya videoin sih. Ada kira2 2 menit. Tapi yaa kerasa lama, karena ditungguin. Makasih ya udh mampir...

    BalasHapus
  3. Paling seru saat sedang dalam perjalanan naik kereta adalah pada saat melewati terowongan, tetapi jalur rel kereta ditempat saya tidak ada terowongannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. KA dari Bandung-Jakarta juga ada terowongan. Biasanya kalo masuk terowongan gitu, penumpang rame2 tutup jendela. Soalnya bau solar masuk ke dalam kereta. Kecuali kereta executif. Aman, krn ber AC, jendela tertutup. Makasih ya udah mampir...

      Hapus
  4. Aku pernah ke sukabumi itu tahun 2008,dua sepupuku domisili di sukabumi. Pengen deh nyobain naik kereta dari Bogor ke Sukabumi ini,pengen ke geopark Ciletuh :)

    BalasHapus
  5. Ah aku selalu suka sama Kereta apalagi kalo dalam perjalanan ada cerita sejarahnya. Pengen coba ke Sukabumi naik Kereta untuk menghabiskan akhir pekan ^^.

    BalasHapus
  6. Saya suka Naik kereta dan menarik banget ikutan ini. Terus penasaran dengan lempengan karet Cipetir yang ditemukan dimana2. Mau googling ah

    BalasHapus
  7. Kereta emang alat transportasi vital ya sejak dulu...seneng bisa diaktifkan lagi jalur-jalur yang tadinya udah gak aktif...Apalagi alam Jabar keren...sepanjang perjlananan bisa sekalian cuci mata..

    BalasHapus
  8. Asyik sekali, mbak. Perjalanannya diapit gunung-gunung! Kereta Pangrango dan Perintis Siliwangi ini beroperasi umum, kan? Aku tertarik buat coba setelah baca tulisan ini :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Umum koq, bareng sama orang² di kereta lain. Ya kayak naik kereta biasa. Cuma yg Wisata Sejarah disatukan dalam 1 kereta dan ada guide, cerita sejarah zaman kolonial dan maksi. Hehe...
      Nugi mah bisa turun Sukabumi, maen dulu ke Geopark, nginep. Besoknya ke Cianjur naik KA. Siiip...seru...

      Hapus
  9. Seru banget sih turnya mba, jadi lebih tahu sejarahnya kalau tur dengan pemandu wisata yang mumpuni ya..aku belum pernah naik kereta api Sukabumi huhu seringnya naik mobil..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba sesekali naik KA. Nanti ketagihan deh...

      Hapus
  10. Kayaknya best part ada di stasiun Cigombong, pemandangannya indah banget soalnya.

    Ehiya, bener tuh, Mba. Selama ini penyebutan gerbong memang sering salah kaprah.

    BalasHapus
  11. Keren banget view di Stasiun Cigombong. Wisata kereta api ini punya cerita sejarah yang perlu diketahui banyak orang. Itu kartu pos dari PT KAI bagus, ya. Seneng pasti dapat hadiah itu.

    BalasHapus
  12. Wah, daku udah bertahun2 ga pernah naik kereta menuju Bandung hihihi karena sering via tol Cipularang sih. AKu tauuu pabrik kil kina yang buat menyembuhkan penyakit malaria. Dulu sering melewatinya tuh. Btw, lamp aan itu unik ya jadi ketika masuk terowongan, lampu pada nyala deh :) Nice story, bun.

    BalasHapus
  13. Wah asik banget ini tournya
    Aku pengen ikutan yang kayak gini euy
    Aku pernah naik kereta ke Sukabumi, naiknya dari Stasiun Paledang juga
    Tapi ya karena bukan kereta wisata jadi gak berhenti2 buat motret begini
    Semoga kegiatan yang sama ada lagi di tahun-tahun mendatang ya

    BalasHapus
  14. Kereta api dan jalur-jalurnya ini emang punya cerita panjang yang menarik ya. Seru banget mbak bisa ikutan trip kereta api begini. Aku pengen ikutan juga nih.

    BalasHapus
  15. Wah, berarti kalau ditanya "di Gerbong berapa", kita harus jawab "di kereta (sekian)" ya?


    Nama stasiunnya asing semua di telingaku. Ahahaha. Mungkin karena memang belum pernah naik kereta dari Bogor ke Cianjur sana :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, gerbong itu untuk sapi. Hehe...
      Sekali waktu perlu dicoba deh naik KA melintas di antara gunung...

      Hapus
  16. Rumah saya dari stasiun KA Cianjur sekitar 2km. Oya, sekarang sudah dibuka kereta Cianjur Ciranjang. Selanjutnya mjngkin lanjut ke KBB, Cimahi dan Bandung. Semoga segera ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh...sudah ada ya Cianjur-Ciranjang? Dikit lagi dong ke Bandung. Mayan banget mengurangi kemacetan deh...

      Hapus
  17. Kok terowonganya mistis keliatanyaa yaa kak. Serem-serem seru yah perjalannyaa hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, apalagi cukup panjang ya terowongannya.

      Hapus
  18. blognya mbak Hani ada dua ya..,
    senang banget mbak ikut perjalanan wisata seperti ini, dan dijelasakan banyak hal tentang perkereta apian..,
    udah pernah nyoba kereta Bogor - Sukabumi, nyaman banget, sengaja cuma mau naik kereta aja .., lain kali pengen lanjut ke Cinajur dan mampir ke Lampegan.., dengar2 mau ada transport wisata Lampegan Gunung Padang...,
    pengen ikut ini mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Ini blog lama, masih blogspot...hehe. Lagi mikir² mo fokus apa ya di blog ini? Soalnya udah nempel adsense.
      Wah iyakah mo ada wisata Lampegan-Gunung Padang?

      Hapus
  19. Mba..wisata ini apakah khusus ) insidental atau rutin digelar ya? Jadi penasaran ingin ikut juga hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waktu itu dishare di wag sih. Kuotanya sekereta gitu, 60 orang. Kurang tahu apakah rutin atau engga. Coba ke web PT.KAI mungkin ada infor...

      Hapus
  20. Asyik ni. Tinggal contek post-postnya mbak Hani kalo mau trip sejarah kereta api begini.
    Seumur-umur, cuma baru nyampe spot di Ambarawa saja ni.

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung ke blog ini. Silakan tinggalkan komen.
Mohon maaf link hidup akan dihapus ya...