Wisata Sejarah Kereta Api Buitenzorg – Soekaboemi – Tjiandjoer (1)

Poster Railway Heritage Tour - 29 Mei 2016


Sebuah foto di grup wa berupa poster menginformasikan bahwa akan ada tur eksklusif yang diadakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero).
Tampilan posternya unik bergaya tempo dulu, lengkap dengan ejaan lama, bunyinya:
Railway Heritage Trour.
An Exclusive Trail Buitenzorg – Soekaboemi – Tjiandjoer.
Kemudian ada kalimat menarik:
Dimana terowongan pertama di Hindia Belanda?
Mengapa Cipetir terkenal di Eropa?
Di mana jejak tentara AL – Nazi Jerman?
Ikuti trail jalur kereta api pertama di Priangan, 1883.

Wah, menarik nih.
Saya tinggal di Bandung. Naik kereta api di Jawa Barat, kalau ga dari Bandung ke Jakarta, Bandung ke Semarang, Bandung ke Solo, Bandung ke Malang, atau Bandung ke Yogyakarta.
Dulu sekali, zaman kuliah pernah naik kereta api berbahan bakar batu bara, dari Bandung ke Banjar lalu ke Pangandaran.
Pemandangannya keren, menyusuri tebing, dan di bawahnya lautan terbentang.
Tapi, itu dulu. Sekarang jalur itu ditutup karena tidak ekonomis.


Nah, ada kegiatan wisata menyusuri jalur kereta api pertama ini, sayang untung dilewatkan bukan?
Acara wisata sejarah ini terselenggara berkat kerjasama antara ICOMOS (International Council on Monuments & Sites) dan Unit Preservation &Architecture PT. Kereta Api Indonesia (Persero).
Kami dari Bandung, maka rutenya, kami akan naik bus dari Bandung ke Bogor.
Di Bogor, rencananya akan bergabung dengan peserta tur dari Jakarta dan sekitarnya.
Coba, ada jalur kereta api dari Bandung ke Bogor, atau paling tidak dari Bandung ke Cianjur deh.
Wisata napak tilas ini hanya berlangsung sehari.
Tentu saja kami harus ikut jadwal keberangkatan kereta api dari Bogor.
Pukul berapa? Ternyata pukul 07:30.
Lhah, berarti kami harus berangkat dari Bandung, pukul 03:15.
Itung-itung latihan sahur lah. Minggu depan kan awal bulan Ramadan.
Perjalanan dari Bandung ke Bogor cukup lancar.
Berhenti dahulu di rest area untuk shalat subuh.


Stasiun Bogor


Stasiun Bogor +246 m

Tugu Serah Terima Kepala Stasiun

Kami tiba di Bogor, kira-kira pukul 06:30 pagi, keliling sedikit, karena Bogor banyak jalan satu arah.
Dari Bandung, kami bersepuluh orang, dipandu oleh Kak Robby dan Mbak Diah.
Kemudian kami berjalan kaki menuju stasiun Bogor.
Stasiun Bogor berada 246 m di atas permukaan laut, ini tertera di peron stasiun tersebut.
Di Ruang VIP Stasiun Bogor sudah berkumpul peserta tur dari Jakarta.
Kedatangan peserta disambut oleh Kepala Stasiun Bogor Sugi Hartanto dan perwakilan dari Unit Preservation & Architecture PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Supriyono.
Kemudian kami dipandu keliling stasiun Bogor oleh Dicky AS Soeria Atmadja (Vice President ICOMOS Indonesia).
Stasiun Bogor didirikan Pemerintah Hindia Belanda melalui perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) dan mulai beroperasi tahun 1872. Pada tahun 1881, stasiun Bogor mengalami perluasan karena jumlah penumpang yang meningkat.
Pada zaman Hindia Belanda, kota Bogor bernama Buitenzorg, yang berarti "tanpa kecemasan" atau "aman tenteram".
Itu sebabnya mungkin, di Bogor dibangun bangunan peristirahatan, contohnya Istana Bogor.

Bangunan Stasiun Bogor merupakan bangunan cagar budaya perkeretaapian Indonesia dan merupakan tempat pemberhentian terakhir.
Seperti halnya hampir semua stasiun di Indonesia, adalah tempat berkumpulnya banyak orang, sehingga berdatanganlah pedagang berjualan di kios-kios sekitar stasiun.
Kepadatan pertokoan dan sarana perdagangan tersebut menyebabkan hall kedatangan stasiun menjadi terlalu ramai dan padat.
Oleh sebab itu dibuat pintu masuk baru dari arah sebaliknya dari rel kereta api.
Hall lama tidak difungsikan lagi, tetapi tetap dilestarikan dan materialnya tetap dipelihara dengan baik.
Sebetulnya, fungsi stasiun Bogor sekarang lebih banyak diambil alih oleh stasiun Paledang, yang berjarak 500 m dari stasiun Bogor.



Pintu Berjalusi


Tangga Kayu Putar

Desain bangunan stasiun Bogor dibangun dengan jarak langit-langit yang cukup tinggi, sehingga ruangan cukup nyaman dan tidak panas.
Deretan jendela berjalusi memudahkan aliran angin.
Elemen yang menarik dari bangunan ini adalah adanya tangga putar terbuat dari kayu jati yang tebal.
Papan-papan anak tangganya pun panjang dan tebal.
Rasanya, tidak ada lagi kayu jati dengan kualitas setebal dan sebagus ini sekarang.
Di lantai dua, lantainya terbuat dari loteng, artinya konstruksinya seluruhnya dari kayu.
Waktu itu belum ada teknologi pengecoran beton yang lazim dilakukan masa kini.
Kembali ke bawah, kami melalui pintu yang lebar dan tinggi, juga terbuat dari kayu jati.
Uniknya, bagian bawah pintu dilapis dengan kuningan agak ada tonjolannya seperti duri (?).
Sepertinya melindungi bagian bawah pintu supaya aman kena tendangan (mungkin lho).
Setelah cukup berkeliling, maka kami bersiap naik kereta api Pangrango menuju stasiun Paledang.
Selanjutnya melakukan perjalanan ke Sukabumi.



Stasiun Bogor


Bersambung ke



Posting Komentar

23 Komentar

  1. Waaa, ikut excited lihat tempat bersejarah gini, jadi mau dateng juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih udh berkunjung. Bentar ya nulis sambungannya. Cerita ttg perjalanannya...

      Hapus
  2. Bangunanya klasik banget ya mbak :D mirip sama lawang sewu.. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Sejaman sepertinya. Lawang Sewu memang primadona bangunan heritage PT.KAI. Setelah renovasi kan jd keren banget. Trims ya udh mampir...

      Hapus
  3. Halo mbak, klo ingin ikut tour semacam ini berikutnya harus hubungi siapa ya? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa cek ke website-nya PT.KAI, Kak...

      Hapus
  4. Wah, Keren juga, ya. Jadi antik sekarang kelihatannya. Trims sharingnya, Mbak Hani. Suka deh bacanya

    BalasHapus
  5. Suka dengan bangunan klasik, cuz meluncur ke webnya PT-KAI buat liat agenda tournya

    BalasHapus
  6. Wah, mbak, aku penasaran banget sama kereta api batubara yang kamu ceritakan itu. Kayaknya romantis banget ya, apalagi ada momen berjalan di tepi laut. Terbayang betapa jauhnya usia kita, eeehhh terbayang betapa indahnya haha :D

    Kalo tau ada acara seperti ini aku pasti ikutan juga mbak, sebagai pecinta kereta api. Btw, kalo acaranya start pagi-pagi, aku akan lebih memilih brangkat ke Jakarta malam atau bahkan sore sebelumnya. Biar jatah tidur nggak dikorbankan :)

    BalasHapus
  7. Aku nunggu kelanjutan ceritanya ah. Dari kemarin kemarin pak misua lihat youtube sejarah perkeretaapian di Indonesia. Termasuk yang Cianjur ini kayaknya. Aku sih cuma intip intip aja. Ntar aja baca tulisan Bu Hani aja deh sekalian.

    BalasHapus
  8. hmmm. ini stasiun Bogor yang sebelah mana ya???
    Kok saya nggak pernah liat bangunan gini, terutama tangga melingkarnya ini. Menarik banget.

    BalasHapus
  9. Wah, ada pintu berjalusi! Aku teringat ketika berada di Lawang Sewu hehehe. Lagi mikir ini di sebalah mananya ya? Paling demen sama cerita perkeretaapian Indonesia :) Paling enak naik kereta api itu ga sore ke malam soalnya biar bisa menikmati pemandangannya.

    BalasHapus
  10. Wah, pintu berjalusi ini aku sering liat di Lawang Sewu. Ngomong-ngomong, biayanya berapa tuh, mbak untuk turnya? Pengen mengagendakan juga nih buat weekend, escape bentar dari Jakarta..

    BalasHapus
  11. Waaaah seru Mbak. Salah satu keinginan masa kecil aku adalah menyusuri tempat-tempat bersejarah dengan menaiki kereta.

    BalasHapus
  12. Aihhh seru banget sih kak bisa ikutan tour ini jadi envy aku liatnya ih hihi

    BalasHapus
  13. stasiun yang bangunannya lama memang menarik ya. Ada hawa mistis nan penuh history

    BalasHapus
  14. Saking besar dan ramainya Stasiun Bogor itu, sampai sekarang saya masih kebingungan di sebelah mana lobby utamanya dan di sebelah mana pintu masuk kendaraannya yang resmi.

    BalasHapus
  15. Wah aku bolak balik naik dan turun di stasiun Bogor tapi belum pernah eksplore ruang-ruang stasiunnya lho
    Ini asik bener sih bisa ngider kayak gitu. Aku mauuuuuuu

    BalasHapus
  16. Kalau melihat tangga yang berputar gitu, membuat daku juga ikut berputar. Jadi goyang bin gemetar hihi

    BalasHapus
  17. Oh tour semacam ini disediakan oleh KAI ya? Aku mau ikut juga....

    BalasHapus
  18. Stasiun Bogor ini cukup unik. Di satu sisi berwajah klasik. Tetapi, di sisi seberangnya lebih modern dengan banyaknya tempat makan di sana

    BalasHapus
  19. Oh..acara ini saya sempat mau ikut tadinya. Tapi taunya telat..
    Seru ya mba bisa tambah pengalaman banget untuk tau kisah dan sejarah beberapa stasiun peninggalan Hindia Belanda

    BalasHapus
  20. Paling suka deh liat bangunan stasiun kereta api jaman dulu itu. Menurut aku selalu punya ciri khas masing-masing ya.

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung ke blog ini. Silakan tinggalkan komen.
Mohon maaf link hidup akan dihapus ya...