Museum Pos

Museum Pos - Bandung


Tidak banyak yang tahu bahwa Bandung memiliki beberapa museum selain Museum Geologi yang terkenal itu.
Kali ini saya mengunjungi Museum Pos.
Dari namanya adalah Museum Pos, pasti yang dipamerkan ya peninggalan atau penanda kegiatan yang dilakukan oleh perusahan pos.

Pos

Mendengar kata pos, yang terbayang pasti Pak Pos yang siap mengantarkan surat-surat ke tempat tujuan.
Sejak kapan sih kegiatan surat-menyurat ini ada di dunia?
Pernah lihat film yang mengantarkan surat adalah burung merpati.
Itu sebabnya ada merpati pos.
Tapi zaman kapan ya? Zaman jadul banget pastinya.
Risiko tidak sampainya kan besar banget.
Kebayang kan, misalnya burung yang sedang terbang ditembak pemburu, lalu dagingnya digoreng garing.

Museum Pos

Museum Pos di Bandung terletak di Gedung Sate sayap sebelah timur.
Lebih mudah bila masuk ke Museum Pos tersebut dari jalan Cimandiri.
Bila mengendarai mobil masuk dari jalan Cilamaya, melewati bagian depan Gedung Sate menuju ke sayap sebelah timur.


pintu masuk ke Museum Pos


Pintu masuk Museum Pos di sebelah kiri.
Ada poster besar berisi informasi tentang perangko pertama Hindia Belanda, terbit 1 April 1864.
Begitu masuk, kita harus mengisi buku tamu, asal dan jumlah pengunjung.
Ada tangga turun ke bawah, sampailah kita di museum Pos tersebut.


lobby 


Museum ini kecil, mungkin hanya seujung Gedung Sate saja.
Luasnya kira-kira 100 m2.
Terdiri dari tiga ruangan terpisah yang berisi informasi tentang kegiatan PT.Pos .
Begitu masuk, ada ruang ke kiri dan ruangan yang lurus.
Saya memilih ruangan yang lurus, di kanan saya melewati area toilet.
Tadinya saya ingin mampir karena ada kebutuhan ingin ke toilet.
Tetapi, karena ada dua toilet yang diantaranya tidak ada pembatas, saya jadi urung ke toilet.

Menyusuri koridor belok ke kanan lalu ke kiri.
Saya tiba di ruangan seluas, kira-kira 30 m2
Pada ke empat dindingnya dipajang aneka poster bertuliskan Golden Letter.
Surat emas.
Saya sempat membaca beberapa poster tersebut.
Misalnya ada poster surat dari Maluku.
Isi suratnya adalah permohonan bantuan dari Sultan Ternate Abu Hayat ke Raja Portugal, tahun 1521 dan 1522, tujuannya minta bantuan memerangi penjajahan Hindia Belanda.
Suratnya ditulis dalam aksara Arab.


poster surat dari Sultan Ternate


Kemudian ada poster yang menceritakan tentang Sir Thomas Stamford Raffles yang menulis buku tentang "Sejarah Jawa".
Dari covernya sepertinya bukunya cukup bagus dan tentunya informatif.
Menurut informasi pada poster, Raffles lah yang memperkenalkan kebudayaan dan kesusastraan Jawa ke dunia Barat secara mendalam.



poster 'Sejarah Jawa'


Harusnya saya meluangkan waktu untuk membaca semua poster tersebut satu demi satu.
Sayangnya tidak saya lakukan.
Ya begitulah...penyakit kita (eh...saya) bila ke Museum, seringkali bosan melihat tanpilan yang itu-itu saja.

Saya kemudian meninggalkan ruangan poster kembali ke ruangan sebelumnya, dan sampai ke sebuah ruang berbentuk lorong, berisi lemari-lemari dan poster-poster.
Salah satu poster yang menarik adalah perjalanan logo PT. Pos dari waktu ke waktu.



logo PT Pos dari masa ke masa


Informasi dari Perangko

Banyak, sih, informasi lain yang terpampang di dinding.
Misalnya, ada perangko pertama di dunia.
Kemudian, aneka seri perangko dari berbagai negara.
Saya jadi teringat koleksi  tukar-tukaran perangko zaman SD dulu.
Filatelis masih ada ga ya komunitasnya?
Mengingat, sekarang orang jarang saling berkirim surat.


perangko pertama di dunia


Ketika saya sedang asyik memotret aneka koleksi perangko, datang seorang satpam menghampiri.
Dia mengingatkan untuk tidak memotret memakai blitz.
Kebetulan saya memang tidak memotret memakai blitz.
Kamera saya kamera saku yang saya atur saja bukaan kepekaan cahayanya.
Lalu saya katakan ke pa Satpam, justru tidak bagus kalau memakai blitz.
Gambar jadi terlalu terang dan cenderung putih.
Rupanya, memotret memakai blitz dapat merusak dan memudarkan warna-warna perangko di papan koleksi tersebut.


koleksi perangko


me @ Museum


Koleksi-koleksi perangko yang dipamerkan beraneka-ragam. Ada yang berdasarkan asal negara , dan ada yang merupakan tema suatu peristiwa.

Setelah puas melihat berbagai koleksi perangko, saya melanjutkan pengamatan saya ke ruang terakhir,
Yaitu area diorama.
Di area ini ada beberapa patung-patung yang memperagakan aktifitas kunci di perusahaan Pos.
Tentu saja, Pak Pos yang mengantarkan surat sampai ke pelosok-pelosok desa.
Mereka biasanya bersepeda bukan?
Makanya, ada beberapa sepeda juga yang diperagakan.



pameran sepeda pak Pos


Jujur, saya koq agak seram ya berada di area ini.
Entah tampilan patung-patung yang kurang cakep, cenderung seram, atau ada hal lain...
Buktinya ketika saya sedang memotret patung-patung tersebut, pak Satpam menanyakan apakah saya ingin dipotret bersama patung-patung.

“Ga ah, agak-agak seram”, kata saya.
“Ibu tahu aja”, kata Satpam.
Wah, apa nih maksudnya?


diorama patung petugas Pos

Mungkin ada baiknya pembaca berkunjung sendiri ke Museum Pos di Jalan Cilaki – Bandung.
Supaya bisa merasakan sendiri auranya.

Buka tiap hari kerja, dari pukul 09:00-16:00.
Free Entry.

oleh:
Tri Wahyu Handayani

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Aku belum pernah masuk mba dan baru tahu juga museum POS hehehe kayaknya seru mencekam pasti hawanya dingin y mba *sotoy* :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dingin sih enggak. Tapi lembap, karena area museum dipojok, dan jendelanya agak di atas. Kalau ke Museum Pos sekalian ke Gedung Sate.

      Hapus

Terimakasih telah berkunjung ke blog ini. Silakan tinggalkan komen.
Mohon maaf link hidup akan dihapus ya...