Baru-baru ini saya berkesempatan berkunjung ke proyek MRT Jakarta.
Proyek MRT Jakarta atau Mass Rapid Transit Jakarta adalah proyek sistem
transportasi transit cepat yang sedang
dibangun di Jakarta.
Di kota-kota metropolitan di berbagai belahan bumi sudah menerapkan
sistem transportasi masal seperti ini. Misalnya Singapura terkenal dengan
sistem MRT yang akurat dan nyaman, sehingga masyarakat lebih memilih naik moda
transportasi ini dibanding berkendaraan pribadi. Begitu pula dengan HongKong,
Paris, New York dan kota-kota besar lainnya.
Umumnya MRT dibangun di bawah permukaan tanah, menjadi semacam
terowongan menembus kota, tanpa terhalangi berbagai kemacetan dan lalu-lalang
moda transportasi lainnya.
Desain-desain jalur MRT memungkinkan pula jalurnya muncul di permukaan
tanah membelah kota.
Jakarta dengan penduduk yang hampir mencapai 10 juta jiwa sudah
seharusnya memiliki moda transportasi MRT. Apalagi hampir empat juta
diantaranya adalah masyarakat komuter yang melakukan perjalanan pulang-pergi
setiap hari dari kota-kota di sekitar Jakarta.
Mereka adalah warga Jabodetabek yang mencari nafkah di Jakarta.
Walaupun agak terlambat pemerintah propinsi DKI memutuskan membangun moda transportasi MRT Jakarta ini di tahun 2013.
Dengan dibangunnya MRT, maka masyarakat Jakarta dan sekitarnya
mempunyai pilihan moda transportasi umum, selain bus kota, mini bus metromini,
mikrolet, bajaj, taxi dan tentu saja ojek motor.
Rencananya MRT Jakarta dibangun dalam dua koridor, yaitu koridor Selatan-Utara
dan koridor Timur-Barat.
Koridor Selatan-Utara sepanjang +23,8 km membentang dari Lebak Bulus
ke Kampung Bandan. Sedangkan koridor Timur-Barat sepanjang + 87 km masih
dalam tahap studi kelayakan.
Koridor Selatan-Utara sendiri terdiri dari dua tahap yaitu:
·
Tahap I
Dari Lebak Bulus ke Bundaran HI, sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun,
yaitu 7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah.
Proses pembangunannya sudah dimulai sejak 10 Oktober 2013 dan mulai
beroperasi rencananya 2018.
·
Tahap II
Tahap II akan dimulai dibangun setelah tahap I beroperasi, jalurnya
melanjutkan dari Bundaran HI ke Kampung Bandan di Utara Jakarta, sepanjang 8.1
km. Studi kelayakan tahap ini telah selesai dan ditargetkan beroperasi di tahun
2020.
Seperti sudah dijelaskan di atas, Tahap I koridor Selatan-Utara,
memiliki stasiun layang dan stasiun bawah tanah.
Oleh sebab itu, jalur MRT nya pun ada yang dibangun di atas tanah dan
ada yang di bawah tanah.
·
Konstruksi Layang (Elevated Section)
Konstruksi Layang dibangun dari arah Lebak Bulus ke Sisingmangaraja,
sepanjang + 10 km. Maksudnya dibangun dengan konstruksi layang adalah dibangun
di atas permukaan tanah dengan sistem Struktur Layang.
Tipe struktur layang yang digunakan adalah Tiang Tunggal (Single Pier)
pada bagian bawah serta Gelagar Persegi Beton Pracetak (Precast Concrete Box
Girder) pada bagian atas.
Nantinya ada 7 Stasiun Layang, yaitu Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete
Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.
Deponya sendiri dibangun di area Lebak Bulus dipermukaan tanah (on
ground).
Namanya juga Konstruksi Bawah Tanah, ya, dibangun di bawah tanah.
Disinilah serunya, karena yang saya kunjungi adalah proyek pembangunan
di bawah tanah ini.
Panjangnya + 6 km dan terdiri dari terowongan bawah tanah dan enam
stasiun MRT bawah tanah.
Ke enam stasiun tersebut adalah Stasiun Senayan, Istora, Bendungan
Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Metoda pengerjaan bawah tanah menggunakan TBM (Tunnel Boring Machine) tipe
EPB (Earth Pressure Balancing Machine).
TBM
Tunnel Boring Machine andalan untuk mengebor terowongan bawah tanah ini
diberi nama Antareja.
Menilik nama tokoh pewayangan anak Bima, salah satu putra-putra
Pandawa. Menurut kisahnya, Antareja mempunyai kesaktian bisa hidup dan berjalan
di dalam bumi.
Mesin bor Antareja buatan Jepang ini memiliki diameter 6,7 meter dan
panjang 43 meter, serta mampu melakukan pengeboran bawah tanah hingga 8 meter
per hari.
Di Indonesia baru pertama kali dipakai di proyek MRT Jakarta, dan
nantinya akan mengoperasikan empat mesin bor.
Perlu diketahui bahwa terowongan tersebut mempunyai kedalaman yang
berbeda-beda, rata-rata antara 22 hingga 25 meter.
Posisi terdalam ada di Stasiun Dukuh Atas, karena harus dibangun di
bawah Banjir Kanal Barat.
Rata-rata stasiun MRT memiliki dua level lantai yang dibangun di bawah
tanah tersebut.
Level I yaitu concourse, merupakan area publik atau area komersil,
merupakan area setelah calon penumpang masuk ke dalam tanah.
Level II, yaitu satu lantai di bawah level I adalah area platform atau
area peron.
Untuk lebih jelasnya, bisa diklik di video berikut ini:
Untuk lebih jelasnya, bisa diklik di video berikut ini:
Waktu kami akan mengunjungi area pembangunan terowongan bawah tanah MRT, kami berkumpul terlebih dahulu di Senayan City, sebuah mall di Jakarta Selatan.
Total peserta yang boleh berkunjung ke area tersebut hanya 40 orang per
hari.
Itupun pesertanya terbatas, bukan untuk umum.
Karena lokasinya merupakan sebuah proyek bukan area rekreasi.
Waktu berkunjung pun dibatasi hanya di hari Kamis minggu terakhir tiap bulannya.
Dari Senayan City kami berjalan kaki ke jembatan penyeberangan di
seberang proyek di jalan Setiabudi.
Disana kami sudah disambut oleh staf proyek MRT Jakarta.
Kami diberi rompi dan safety helmet, helm proyek. Ini merupakan
prosedur standar di lokasi proyek.
Sebelumnya kami sudah diberitahu agar memakai sepatu olahraga dan bukan
berupa sepatu hak tinggi atau sandal.
Setelah briefing sebentar, kelompok kami dipecah menjadi dua.
Salah satu kelompok akan langsung menuju lokasi platform atau peron.
Sedangkan kelompok peserta lain menuju area concourse atau area publik.
Mula-mula kami turun melalui tangga sementara terbuat dari baja sampai
kedalaman 17 meter di bawah permukaan tanah.
Nantinya area ini merupakan platform Stasiun Senayan, sedangkan di
atasnya dibangun area publik panjang 200 meter dan lebar 25 meter.
Terlihat di lokasi, dua terowongan yang berdampingan.
Salah satu terowongan masih terpasang mesin bor Antareja.
Sesudah mendapatkan penjelasan tentang proyek concourse dan platform,
kami pun berjalan menyusuri terowongan
yang nantinya merupakan jalur kereta bawah tanah tersebut.
Tak lama kami sampai ke tangga yang berbeda untuk mencapai lagi ke
permukaan tanah.
Ternyata kami muncul di belakang Patung Pemuda di seberang Ratu Plaza.
Dari area Patung Pemuda, kami pun keluar dari lokasi proyek dan
berjalan kaki kembali ke Senayan City.
Hawa cukup panas dan cukup melelahkan berjalan kaki, turun naik tangga
sekian belas meter.
Tak bisa tidak kami beramai-ramai melepas dahaga di salah satu gerai
minuman dingin di Mall.
Sumber:
5 Komentar
Wah, beruntung sekali Mba bisa berkunjung ke proyek MRT.
BalasHapusSaya jadi membayangkan Jakarta beberapa tahun kedepan bakal kayak di luar negeri, keren.
Semoga macet bisa teratasi.
trims ya udah berkunjung ke blog saya. Iya mudah2an Jakarta semakin ramah...
HapusSemoga kelar cepet nih proyek ya mbak. Aku mantan warga jakarta kmrn ada acara d jakarta and wow makin menjadi2 macetnya. Gag kuat huhuhu
BalasHapusLhah sama. Saya juga mantan warga Jakarta. Sejak menikah ikut suami ke Bandung. Mudah2an bisa mengurangi kemacetan yah. Trims udah berkunjung ke blog saya.
Hapusmba, gimana caranya supaya bisa kunjungan ke proyek MRT? saya mahasiswa yang sedang menyusun skripsi tentang MRT terimakasih, mohon bantuannya mba
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung ke blog ini. Silakan tinggalkan komen.
Mohon maaf link hidup akan dihapus ya...