Ngarai Sianok asli Tasik
Ceritanya, Butut (Susi) dan saya lagi duduk-duduk di tangga toko souvenir di Ngarai Sianok, di hari ke dua tur Bukomandang.
Sambil menunggu teman-teman belanja-belanji, kami mengamati seorang bapak sedang melukis. Lukisan-lukisan yang sudah jadi dipajang dalam berbagai ukuran.
Lukisan berkanvas bludru hitam menjadi background semua lukisan-lukisan yang ada di situ. Sedangkan gambar-gambarnya standar, mirip semua, pemandangan alam, gunung, sawah, pohon, rumah gadang, jam gadang. Pilihan warna obyeknya ada yang putih semua, warna biru-hijau-orange atau orange semua.
Dilihat-lihat sih agak aneh lukisan-lukisannya, karena background hitam pekat bahan bludru itu, semua langit jadi hitam kelam.
Diam-diam kami berdua ngerasani si bapak dan hasil lukisannya.
Rupanya si bapak tahu kalau dirasani, menoleh dan menawarkan lukisan ukuran kecil, 12 X 20 cm seharga Rp.5.000,-.
Lima ribu?
Kami tidak habis pikir. Berapa harga bludru, berapa harga cat, berapa harga pigura dan ongkos kerja si bapak? Dan berapa untungnya?
Lalu ngobrol-ngobrollah kami dengan si bapak seniman.
Seniman (S) : “Dari mana?”
Susi-Hani (SH) :”Dari Jakarta .... dari Bandung”
.........................
Seniman (S) : “Abdi ti Tasik Bu ..... Singaparna”
.........................
(pendek cerita : si bapak sekarang usia 61 tahun. Sejak 33 tahun y.l. merantau ke Sumatra sebagai tukang kredit keliling. Mula-mula di Jambi lalu ke Padang dan berkeluarga dengan orang Padang).
He2..... hidup Tasik.
0 Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke blog ini. Silakan tinggalkan komen.
Mohon maaf link hidup akan dihapus ya...