Anggrek dalam Kotak
Di taman wisata air terjun Lembah Harau, Petty dan Endang membeli tanaman yang dijual di beberapa los penjual tanaman.
Dalam perjalanan dari Lembah Harau ke Rumah Gadang di Payakumbuh, mereka berdua asyik berceloteh tentang anggrek hitam, kemudian rumpun tanaman yang bunganya beda-beda.
Jujur, asli, saya tak tertarik tanaman. Saya jadi ingat suami yang berbanding terbalik dengan saya. Tanya bunga apa saja dia tahu, sementara saya mungkin cuma tertarik bunga bank.
Dalam hati saya bertanya-tanya, bagaimana tuh cara membawa tanaman dari Padang ke Jakarta, bagaimana kalau mati?
Di hari ke 2, di halaman rumah ibunya Een, Petty melihat ada tanaman bagus. Dia terheran-heran, koq ada anggrek tumbuh di tanah. Lalu sibuklah Uni Lilis mencangkul dua rumpun anggrek yang katanya bunganya berbeda untuk dibawa Petty ke Jakarta.
Entah ada angin apa, saya minta ijin ke Petty dan Endang, boleh tidak saya minta sedikit, untuk suami. Rasanya seru juga buahtangan untuk suami berupa anggrek dari hutan di Sumatra. Bayangkan perjalanannya dari Ranah Minang ke Tanah Pasundan.
Pendek cerita..... anggrek-anggrek tersebut ditempatkan di kotak bekas Gudang Garam, dan akan saya bawa dulu ke Bandung, supaya suami nanti yang membaginya menjadi 3 rumpun. Petty dan Endang takut juga kalau salah bagi nanti mati.
Kotak anggrek sempat dibuka di bandara Minangkabau oleh petugas imigrasi, kemudian ditutup lagi.
Anggrek-angrek yang berada dalam kotak 12 jam itu tampak lemas.
Komentar suami : “Ohh, ini anggrek tanah, bagus banget, bagus banget”.
(halaaah....mana saya tahu pula tentang anggrek tanah....).
***
Rabu pagi saya dapat laporan dari suami : “Bu, itu anggreknya berbunga. Wangiiiii sekali”.
***
Wah, harus lapor ke Petty dan Endang nih, kalau anggrek-anggreknya selamat dan hidup.
0 Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke blog ini. Silakan tinggalkan komen.
Mohon maaf link hidup akan dihapus ya...