Ke Kamboja tidak lengkap bila tidak ke Angkor Wat yang terletak di kota
Siem Reap.
Sejarah
Sejarah panjang dan berliku ada dibalik nama Siem Reap, yang artinya
Siam Tiarap, atau menyerah. Negara Siam atau Thailand pernah menjajah daerah ini,
dan berbagai bangsa sesudahnya. Orang Khmer yang merupakan leluhur rakyat
Kamboja sangat bangga akan dirinya yang bisa mengalahkan Thailand kala itu.
Angkor Wat sendiri adalah sebuah kompleks kota tua yang terletak di
Barat Laut Kamboja, dulunya merupakan kedudukan kerajaan Khmer di abad 9 hingga
15.
Sekarang Angkor Wat merupakan monumen keagamaan terbesar di dunia,
dengan situs seluas 162,6 hektar. Awalnya merupakan kuil Hindu, kemudian
berkembang menjadi kuil Budha yang merupakan susunan ukiran batu yang rumit dan
merupakan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah Kamboja dan termasuk World
Heritage.
Terdapat beberapa blok-blok kawasan dengan nama-nama kuil yang berbeda
dan masing-masing memiliki kekhasan.
Karena kawasannya sangat luas, maka pengelola wisata setempat
memberlakukan karcis masuk terusan, senilai 20 dollar AS, yang berlaku untuk
sehari penuh dari matahari terbit hingga terbenam.
Sun Rise @ Angkor Wat
Menurut jadwal yang sudah kami susun di itinerary, kami akan melihat
matahari terbit di kuil utama di Angkor Wat.
Baca juga: Ke Cambodia Dengan Tujuh Ratus Dollar
Baca juga: Ke Cambodia Dengan Tujuh Ratus Dollar
Angkor Wat sendiri artinya City of Temples. Angkor artinya Kota.
Kami harus berangkat pagi sekali dengan bis dari hotel ke tempat
penjualan karcis di loket di pintu utama kompleks kuil.
Ketika bis sampai di kawasan, hari masih gelap gulita, kami pun antri
di depan loket.
Keunikan dari karcis ini adalah, pengunjung dipotret satu demi satu,
sehingga di karcis masuk ada foto diri kami masing-masing.
antri pukul 05:00 |
Oleh sebab itu karcis tersebut tidak boleh hilang sepanjang hari
tersebut. Karena dari satu kawasan kuil ke kawasan kuil lain jaraknya cukup
jauh.
Rombongan kami naik bis yang disewa sepanjang hari tersebut.
Setelah mendapatkan karcis, kamipun berjalan menyusuri jalan menuju ke
kuil utama.
Hari mulai terang tanah, sehingga jalan berbatu menuju kuil mulai terlihat.
Di spot yang merupakan tempat terbaik di mana kami bisa mendapatkan
foto matahari terbit yaitu di tepi kolam, sudah ramai dengan pengunjung lain.
Masing-masing memasang kamera dengan berbagai posisi, tidak mau
ketinggalan momen penting ini.
sunrise @ angkor wat |
Walaupun saya berasal dari negeri tropis, di mana matahari terbit dapat dilihat setiap hari, momen matahari terbit tetap menjadi peristiwa yang spesial. Mau di puncak gunung Bromo, mau di tepi pantai Sanur, atau tepi pantai Timur Pangandaran, saya rela bangun pagi-pagi menunggui sang Matahari muncul dari ufuk Timur.
Apalagi ini di negeri orang, yang foto-foto kuilnya berwarna keemasan.
Tadinya, saya pikir, kuil-kuil di Angkor Wat berlapiskan emas, lho.
Ketika matahari mulai tinggi, tampaklah kuil-kuil tersebut dalam warna
aslinya.
Ternyata kuil-kuil tersebut menghitam berselimutkan lumut dimakan usia.
Tak heran, kuil-kuil tesebut usianya sudah ratusan tahun.
Renovasi memang sedang dilakukan tetapi sulit sekali merenovasi sesuai
aslinya seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia pada waktu merenovasi
Borobudur.
Yang saya lihat, sih, beberapa bagian hanya dilapis semen keabuan,
tanpa ada ukiran atau membuat replikanya.
Seperti lazimnya akan mengunjungi suatu daerah wisata, saya googling
dahulu seperti apa sih gambaran obyek wisata di tempat tersebut.
Agak kecewa sebenarnya, karena kenyataan di lapangan ternyata jauh
lebih lapuk daripada foto-foto yang beredar di internet.
Bisa jadi efek foto sehingga sinar matahari bisa berwarna keemasan.
Bisa juga karena kamera saya, kamera saku dan kamera ponsel, sehingga
tidak bisa menampilkan gambaran foto yang lebih indah daripada warna aslinya.
foto pakai kamera HP |
Setelah puas berkeliling di kuil utama dan berfoto bersama grup, maupun
swafoto, kami melanjutkan perjalanan ke kawasan kuil lainnya.
Dari beliaulah, dress code batik kami tersebut. Motif batik ini dinamakan batik Tiga Dimensi. Saya lupa kenapa Mas Dede menamakan batik ini batik Tiga Dimensi. Sepertinya karena terdiri dari 3 baris warna. Oh ya, batik kami batik sungguhan lho, batik tulis maksudnya.
Tak lupa kami foto bersama dong dengan seluruh peserta pakai dress code batik.
Sa' Angkor Wat kagum lho dengan dress code batik kami.
Sampai ada pasangan bule dadah-dadah di atas itu, bukan rombongan kami. Kagok dia keluar dari kuil utama Angkor Wat, tapi keblok oleh rombongan yang sibuk foto-fotoan.
Sekilas tentang Dress Code Batik
Teman-teman pada artikel sebelumnya saya menuliskan tentang dress code. Salah seorang teman kami, Solichul Hadi (Mas Dede), setelah lulus malah menggeluti batik, usaha warisan dari ayahnya. Nah, engga nyambung ya dengan dunia arsitektur.Dari beliaulah, dress code batik kami tersebut. Motif batik ini dinamakan batik Tiga Dimensi. Saya lupa kenapa Mas Dede menamakan batik ini batik Tiga Dimensi. Sepertinya karena terdiri dari 3 baris warna. Oh ya, batik kami batik sungguhan lho, batik tulis maksudnya.
Tak lupa kami foto bersama dong dengan seluruh peserta pakai dress code batik.
Sa' Angkor Wat kagum lho dengan dress code batik kami.
Sampai ada pasangan bule dadah-dadah di atas itu, bukan rombongan kami. Kagok dia keluar dari kuil utama Angkor Wat, tapi keblok oleh rombongan yang sibuk foto-fotoan.
Bayon at Angkor Thom
Oleh:
Tri Wahyu Handayani
Oleh:
Tri Wahyu Handayani
35 Komentar
Mudah-mudahan suatu saat bisa menginjakkan kaki di sini. Menyusuri kota bersejarah ini. Sebenarnya ingin sekali backpackeran ke sini, tapi apa kota ini ramah sama backpacker yah bu?
BalasHapusAmiiin. Bisa banget kayaknya backpackeran. Pas jalan² keliling candi, ada anak perempuan berdua negur. Pas aku tanya, mrk masih SMA,jalan² aja berdua, backpackeran. Duuh...berani uy. Saya mah umur segitu mana berani (= engga boleh ortu sih tepatnya...haha).
HapusCuma kalo Muslim, backpackeran hrs yakin tempat² makanan halal. Kami waktu itu dianterin temen yg memang tinggal di sana, jadi dia tahu tmpat² yg punya Muslim.
Wahhhh magis banget rasanya sunrise di Angkor Wat. Salah satu momen indah yang masuk dalam bucketlist kami nih mbak.
BalasHapusIya, menjelang terbit emang magis sih. Sip...semoga jadi ke sana
Hapusmanteb candinyanya banyak juga ya, hampir mirip candi candi prambanan
BalasHapuseh itu karcisnya memang ada fotonya ya??? koq keren ya
Iya, masing² pemegang karcis ada fotonya. Makanya jangan hilang seharian...
HapusJangan-jangan yang kamu kira kuil berlapis emas itu bukan Angkor Wat, mbak. Aku nggak pernah sih mendapat impresi Angkor Wat ini berlapis emas. Candi-candi bangsa Khmer memang dibangun dengan bebatuan berwarna kemerahan seperti itu, nggak kayak kuil2 di Thailand, Laos, dan Myanmar. Sekilas mirip Prambanan. "Peninggalan candi-candi Khmer di Thailand bisa dilihat di Ayutthaya. Kalau diperhatikan, arsitektur dan materialnya mirip dengan Angkor Wat.
BalasHapusBtw aku juga sama-sama ke Siem Reap tahun 2015. Tapi karena capek (semalam baru nyampe tengah malem setelah seharian perjalanan darat dari bangkok), aku dateng agak siang. Bodo amat sama sunrise :D
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHaha...itulah. Sepertinya di foto, kuilnya kena terang matahari jadi berwarna kuning keemasan. Foto di internet lebih indah dr warna aslinya siii...
HapusNah...iti enaknya solo traveler, bisa nyobain aneka moda transportasi. Model saya gini, punggung udh engga kuat...hehe...
Aslik keren banget yaa kak Sunset di Angkor Warnya. Cantik banget diantara bangunan-bangunan bersejarah.
BalasHapusBtw, aku sukak banget sama dresscode batiknya kak, semoga kalo trip sering-sering pake batik atau corak etnik Indonesia yaa kak :)
Bisa-bisa pakai batik kalo travelling. Aku malah lebih suka sih, nyerap keringat. Kalo kaos panas...
HapusHaa.. Lucu tiketnya yaa, jadi costumize per pengunjung gitu.
BalasHapusBagus ya sunset di Angkor Wat, pengen ke sana juga & ngerasain jugaa. Bawa anak2 cukup nyaman gk ya? ��
Huum...tapi anak²nya suka ga?Jangan yg naik² kayaknya gpp. Jelajah di antara pohon yg gede² seru sih...
HapusWah, luas amat Angkor Wat ini 162,6 hektar luasnya. Pantas aja karcisnya ga boleh hilang ya soalnya dari satu kuil ke kuil lain maupun tempat lainnya jauh2 hihihi. Termasuk world heritage ya candi2nya ini mengingatkan candi2 di Indonesia. Keren amat berbatik ria bersama rombongan.
BalasHapusIya Mbak. Kita boleh jelajah dr subuh sampai magrib. Lebih dr itu gelap sih. Serem juga, engga ada lampu...
Hapusmasih masuk dalam list ih tempat ini.
BalasHapuskalau mau lihat wajah asli suatu tempat, jangan di Instagram, banyak polesannya :)
Meskipun banyak lumut, tapi terlihat masih berdiri kokoh ya, mbak :)
Nah itu, fotonya lebih indah drpda aslinya. Banyak lumut dan pohon besar yg tumbuh menembus bangunan, kebayang udh brp ratus tahun. Hancur sih lama-lama...
HapusHayuu ke sana keburu punah
Suka banget sama dress code batiknya
BalasHapusBangga pakai batik asli Indonesia di negeri orang
Aku baru tahu Angkor Wat ini luas banget ternyata, seharian di sana bisa jelajah seluruh kawasan gak ya?
Engga seluruh kawasan bisa dilejahi. Kami ada istirahat dulu balik ke hotel. Trus berangkat lagi cari sunset, yg engga dapet. Karena tertutup awan. Dan banyak banget orang sih...
HapusSaking luasnya bisa sport ya kalau keliling jalan kaki. Tapi puas melihat tempat bersejarah ini. Tiket ga boleh hilang takut diperiksa lagi ya? Ntar bayar lagi
BalasHapusNah iya, tiap masuk kawasan diperiksa sih tiketnya. Mayan mahal uy $20. Ada kayak shuttle sih, kalo solo traveler, yg nganterin dari kawasan ke kawasan lain.
HapusAku kemaren pernah baca tentang Angkor Wat kak.
BalasHapusKeren sih sejarahnya. Jadi pengen kesini. Harus siapin waktu seharian banget ya buat menjelajah disini.
Btw mirip dengan Prambanan ya kak.
Mbak, batiknya kece banget sih. Jadi pengen pesan sama Mas Dede. Ini ditulis sendiri gitu oleh para pengrajinnya?
BalasHapusMasih penasaran pengen dengar cerita tentang killing field. Pada ke sana juga kah?
Boleh banget mau pesan batik, memang pengusaha batik. Ini wa-nya 08122589990.
HapusIya, ke Killing Field, nanti ya disiapkan artikelnya...
Ternyata warna kuil aslinya bukan keemasan ya bun. Hihihi...beda ternyata foto pakai hp sama kamera
BalasHapusHaha...tertipu foto di medsos...
HapusAku ke angkor wat tahun 2009, dan bela-belain dari subuh sampe magrib di sana. Emang magic banget ya mbak pas sunrise, apalagi kalau liat bayangannya di kolam teratai.
BalasHapusIya, pas muncul matahari emang magic ya. Trus udh terang ternyata di area parkir & sekitarnya ada tempat jajanan. Hehe...kayak di sini aja...
HapusLasrcisnya unik banget karena ada fotonya. Butuh waktu berapa lama untuk dapat karcis seperti itu, Mbak?
BalasHapusYa langsung print kok. Kan kami antri, terus berdiri depan konter tiket, bayar, sambil difoto. Print tiket, udah deh...
HapusUnik banget ya Bunda, tiketnya ada fotonya mungkin untuk memudahkan pendataan ya, batiknya cakep-cakep banget..
BalasHapusSunrise-nya baguuus.. Salah satu wishlist saya juga Bun bisa ke Angkor War, semoga bisa tercapai.. Aamiin.. Ada yg bilang saking luasnya seharian keliling Angkor Way nggak cukup ya.. Keren banget ke Angkor Way pakai batik warna-warni.. Baguus..
BalasHapusSebagai anak yg suka wisata sejarah, tempat ini jadi salah satu whishlist aku mbak. Dan sebenarnya aku lebih suka foto yang apa adanya gini. Bukan gmn-gmn sih, cuma lebih menggambarkan kondisi yg sebenarnya.
BalasHapusWuah..pasti senang banget bisa menjejak di Candi Angkor Wat yang merupakan destinasi favorit wisatawan yang berkunjung ke Kamboja dan menjadi candi Hindu terluas di dunia
BalasHapusAsli, sunrisenya keren kan. Aku belum pernah ke Angkor Wat. Pan kapan semoga bisa ke sana.
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung ke blog ini. Silakan tinggalkan komen.
Mohon maaf link hidup akan dihapus ya...