Awan

Kulihat awan, seputih kapas,
Arak berarak di langit luas.
Andai kudapat, ke sana terbang,
Akan kuraih, kubawa pulang


Bait syair lagu ciptaan AT.Mahmud di atas enak didengar dan syairnya mudah dihafalkan.
Saya bertanya-tanya dalam hati, bapak AT.Mahmud pada saat menciptakan lagu tersebut sedang apa ya?
Apakah berbaring di teras rumah lalu memandang langit.
Bagaimana ya cuaca pada saat menciptakan lagu tersebut?
Apakah mendung, banyak angin, awan-awannya bergulung-gulung?

Seandainya AT.Mahmud berada di dalam pesawat yang akan mendarat di Bandung, apakah syairnya tetap seperti di atas?
Ataukah akan menciptakan lagu lain lagi sesuai kondisi.
Dari jendela pesawat awan bergulung seperti kapas itu sebetulnya menyimpan kantong udara.
Memang benar juga, rasanya ingin keluar jendela mengambil awan.
Tetapi melihat ke bawah, deretan bangunan terasa dekat.
Kota Baru Parahyangan, waduk Saguling dengan deretan tambak ikannya.


Bandung, secara geografis berada di lingkung gunung, geomorfologinya seperti baskom raksasa.
Karena kondisi alamnya seperti ini, bila cuaca memburuk, seluruh kota bisa saja tertutup awan.
Pilot harus yakin betul bahwa area untuk mendarat aman, tidak ada pusaran angin dan kabut tebal. Dan awan yang akan ditembus tidak membahayakan keselamatan penumpang.
Bagi yang sudah pernah berada di dalam pesawat yang siap menembus awan, yang dirasakan adalah seperti naik perahu yang menerjang ombak. Atau naik mobil di jalan yang rusak dan bergelombang.

Awan bergulung di luar sana.
Bumi semakin dekat di bawah sana.
Pesawat semula siap mendarat, setelah pramugari dengan suaru merdu mengumumkan bahwa penumpang harus memakai kembali seat belt, menegakkan kursi, melipat meja, dan membuka jendela.








Penumpang pun berharap akan segera menapak bumi dan bertemu dengan keluarga.
Tapi, bumi yang tadinya terasa dekat, tiba-tiba menjadi jauh kembali.
Pesawat menunda untuk mendarat, lebih memilih menambah ketinggian karena menghindari awan.
Bisa-bisa yang tadinya hanya perlu waktu sepuluh menit untuk langsung mendarat, khusus untuk Bandung, bisa lebih lama menjadi 20, 30 bahkan satu jam.
Atau bahkan mendarat di kota terdekat.
Berharap ada kipas angin luar biasa raksasa yang dapat meniup awan menjauh dari atas kota Bandung.
Kalau sudah begini, yang tersisa hanyalah do'a, do'a dan do'a.
Bisa juga diselingi menyanyikan lagu AT.Mahmud, Awan Putih.

Posting Komentar

0 Komentar