Awas Kekurangan Energi Protein! Penyebab Malnutrisi Pada Anak


Kekurangan energi protein merupakan salah satu gejala kekurangan gizi yang disebabkan kurangnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari. Memberikan asupan makanan yang penuh gizi bagi anak-anak memang perlu tips dan trik tersendiri. Seringkali Mama sudah memasak dengan segala upaya, ternyata tidak cocok dengan selera anak. Di sisi lain tidak semua Mama sabar dan faham tentang zat-zat gizi dalam makanan keluarga.

Malnutrisi sebenarnya pengertian pemberian gizi salah, mencakup gizi kurang dan gizi lebih. Di Indonesia dengan masih tingginya angka gizi kurang, terutama pada anak-anak, maka malnutrisi lazim dipakai untuk gizi kurang. Secara umum gizi kurang disebabkan oleh kurangnya energi atau protein. 


Unsur-unsur Energi Protein



Sebelumnya mari kita pelajari terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan energi protein, ya.

Energi protein adalah sumber makanan yang mengandung:

  • Sumber karbohidrat, seperti nasi, roti, kentang, ubi, singkong, dan sejenisnya.
  • Sumber protein dan lemak, seperti daging, ikan, telur, atau unggas. Sumber protein juga bisa berasal dari protein nabati, seperti tempe, tahu.
  • Sumber mineral dan vitamin, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan.

Bila memungkinkan bisa ditambah susu, keju, atau yogurt. Selain mengonsumsi makanan sehat, jangan lupa untuk mencukupi kebutuhan cairan dengan minum air putih sebanyak 8 gelas per hari.

Kekurangan energi protein sering disingkat KEP gejala dan kondisinya biasanya akan muncul secara perlahan. Bila tidak diamati dan segera dilakukan tindakan, besar kemungkinan akan mengganggu tumbuh kembang anak dan menimbulkan penyakit.


Gejala Kekurangan Energi Protein

Anak dengan KEP biasanya juga disertai dengan defisiensi energi, yang gejalanya bisa diamati sebagai berikut:

  • Berat badan di bawah normal dengan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 18,5 kg/m2
  • Lelah dan lemas yang terus-menerus
  • Mudah kedinginan
  • Nafsu makan berkurang
  • Penyusutan otot atau atrofi otot, dan lemak tubuh
  • Perubahan sikap dan emosi, misalnya menjadi apatis (tidak peduli dengan lingkungan), sering gelisah, mudah marah, sulit berkonsentrasi atau terus-menerus sedih
  • Kulit kering dan lebih pucat
  • Sering sakit dan luka lebih lama sembuh
  • Rambut rontok hingga botak
  • Mati rasa atau kesemutan
  • Diare kronis (diare yang berkepanjangan)


Penyebab Kekurangan Energi Protein

Anak-anak usia 6 bulan hingga 5 tahun merupakan masa-masa mereka membutuhkan gizi yang lengkap untuk tumbuh kembang mereka. Makanan bergizi tersebut dibutuhkan selain oleh fisik juga untuk kesehatan otak mereka agar menjadi anak yang cercas. Seringkali faktor penyebab yang dapat menimbulkan kekurangan energi protein umumnya adalah:

  • Sosial ekonomi yang rendah
  • Sukar atau mahalnya makanan yang baik 
  • Kurangnya pengertian orang tua mengenai gizi
  • Adanya faktor infeksi pada anak (misal: diare, TBC, malaria, diare, dan cacingan, dan lain-lain) 
  • Kepercayaan dan kebiasaan yang salah terhadap makanan (misal: tidak makan daging atau telur disaat luka)

Hal-hal tentang mitos masih sering terjadi di masyarakat kita sehingga menghambat tumbuh kembang anak.


Penutup

Ada istilah It takes a village to raise a child, artinya untuk membesarkan seorang anak perlu dukungan dari seluruh keluarga dan lingkungan.

Itu sebabnya perlu perhatian banyak pihan untuk memberikan perhatian pada gizi anak, terutama bila ada KEP pada anak di lingkungan kita.

Kader-kader penggerak kesehatan di lingkungan rukun warga dan kompleks tempat tinggal sangat diperlukan untuk menggerakan warga. Misalnya untuk menyediakan menu tambahan atau makan selingan bergizi bagi anak-anak, memberikan pengertian tentang stunting, timbang bayi dan balita, dan banyak lagi.

Semoga bermanfaat.

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Memang ya, untuk membesarkan anak itu ga sembarangan, perlu tanggung jawab dan kesadaran diri sebagai orang tua yang sangat besar.
    Salah-salah ngasih makanan, si anak bisa kena dampak jangka panjangnya.

    Hmm, bismillah semoga nanti kalo aku udah punya anak bisa jadi ortu yang bijak ya. Amiin

    BalasHapus
  2. Memang ya, untuk membesarkan anak itu ga sembarangan, perlu tanggung jawab dan kesadaran diri sebagai orang tua yang sangat besar.
    Salah-salah ngasih makanan, si anak bisa kena dampak jangka panjangnya.

    Hmm, bismillah semoga nanti kalo aku udah punya anak bisa jadi ortu yang bijak ya. Amiin

    BalasHapus
  3. setuju banget sama kalimat 'It takes a village to raise a child' :')

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung ke blog ini. Silakan tinggalkan komen.
Mohon maaf link hidup akan dihapus ya...