Paduan Fungsi dan Estetika Sepatu Wanita

 

Sejak kapan sih manusia memakai sepatu? Menurut sejarah, prototipe sepatu paling awal berbentuk lunak, terbuat dari kulit yang dibungkus ke kaki. Sepatu yang berfungsi melindungi kaki tersebut lebih menyerupai sandal atau mokasin. Hingga 1850, sepatu dibuat lurus, yang tidak membedakan antara sepatu kaki kiri dan sepatu kaki kanan. Tak terbayang juga bahwa sepatu kiri dan kanan dibuat sama. Kita yang sudah terbiasa berbeda antara sepatu kiri dan kanan, rasanya aneh untuk melangkah bila keliru pakai.

Barulah di menjelang abad ke duapuluh, pembuat sepatu meningkatkan kenyamanan dengan membuat sepatu khusus yang sesuai untuk setiap ukuran. Bila dibandingkan antara sepatu pria dan sepatu wanita, sepatu wanitalah yang memiliki lebih banyak pilihan. Sekarang ini, dibuat berbagai jenis sepatu untuk setiap kesempatan dan suasana hati. Ada sepatu untuk pesta, sepatu ke kantor, sepatu berhak tinggi, sepatu teplek, sepatu olahraga, bahkan aneka sandal. Selain itu banyak desainer sepatu selain memikirkan estetika, mereka juga fokus pada kenyamanan dan fungsi. Bahkan konsumen pun mulai lagi meminati sepatu-sepatu buatan tangan yang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kaki pemesan.


Sepatu Wanita Handmade Indonesia

Banyak yang belum tahu bahwa desainer dan produsen sepatu Indonesia mulai berkiprah dan produk handmade mereka diakui dunia. Produk kerajinan tangan memang sesuatu yang unik, selain dari bentuk juga bernilai artistik. Mau tahu desainer lokal siapa saja mereka itu? Yuk, kita intip mereka satu persatu.

  • sepatu wanita cantik
  • sepatu wanita kulit
  • sepatu wanita

Sepatu wanita artistik yang lahir dari tangan pengrajin lokal

Sepatu sekarang ini sudah menjadi bagian dari fashion. Pastinya selain fungsi juga melibatkan unsur estetika dan tentu saja artistik. Membahas tentang nilai artistik, banyak pengrajin Indonesia yang “mengawinkan” produk handmade dengan seni. Dengan metode ini, pelanggan akan mendapatkan dua aspek keuntungan sekaligus. Fungsional dan emosional. Contohnya adalah merek sepatu wanita Slight.

Slight didirikan oleh kakak beradik, Andina Nabila Irvani (Dina) dan Nerissa Arviana (Icha). Berawal dari jasa lukis sepatu kanvas, usaha mereka terbilang cukup cepat naik daun. Larisnya produk Slight otomatis mengundang banyak pesaing. Persaingan superketat ini bikin mereka harus cari alternatif lain biar gak “tenggelam”.


SLIGHT 'Art to Wear' --- Mix of ART and wearable FASHION.

Melalui berbagai proses penelitian dan produksi, akhirnya Slight berhasil melahirkan produk handmade mereka sendiri. Wujudnya berupa sepatu wanita bernilai artistik tinggi. Saat ini, pemasaran mereka bahkan telah sampai ke Thailand, Filipina, Taiwan, Malaysia, bahkan Australia! Wow, keren ya!

Kreativitas menjadikan sepatu wanita batik ini muncul di pasaran

Produk sepatu wanita yang satu ini bernama ETC.CO, kependekan dari kata Ethnic Collaboration. Boleh dibilang produk ini punya background yang “so sweet” karena dikreasi oleh sepasang kekasih. Namanya Astari dan Myta. Produknya berupa sepatu batik. Uniknya, ETC.CO punya metode pemasaran kreatif buat mendorong produk mereka muncul di pasaran.

Caranya, ETC.CO tidak akan memproduksi ulang barang mereka yang udah habis terjual (non-repeated). Dengan kata lain, semua item yang mereka jual limited edition! Dengan trik ini, pelanggan jadi merasa spesial bisa pakai produk ETC.CO. Hasilnya, produk sepatu wanita ini dengan cepat muncul ke permukaan.

Sekarang, ETC.CO bahkan sudah memroduksi item lain berupa clutch batik. Namun pemasaran item mereka masih di lingkup dalam negeri. Nah, biarpun kedua merek tersebut sudah terbilang cukup sukses, tapi keduanya tetap menghadapi batu sandungan. Salah satunya persoalan klasik yaitu pemasaran.

Pemasaran, kendala utama para pengrajin kreatif Indonesia

Seperti kebanyakan pengrajin kreatif Indonesia, pemasaran masih jadi masalah utama bagi Slight dan ETC.CO. Misalnya Slight, walaupun mereka sudah berhasil menjangkau pasar mancanegara, masalah pemasaran lain muncul. Mereka harus bersaing dengan merek-merek luar negeri. Dan ini jelas bukan perkara sepele.

Sedangkan ETC.CO mengalami kesulitan untuk memperluas pemasaran produk sepatu wanita mereka. Ini berarti bahwa ETC.CO butuh semacam “batu loncatan” untuk mencapai market mancanegara. Kalau tidak ada solusi jitu untuk mengatasi masalah ini, masa depan para pengrajin lokal bakal terancam. Akibatnya, industri kerajinan tanah air bakal makin sulit berkembang.

Untungnya, masalah pemasaran ini sedikit terbantu berkat eksistensi pasar kerajinan online di Indonesia. Walaupun memang, tidak semua masalah bisa terpecahkan. Setidaknya, dengan adanya marketplace online ini, sedikit demi sedikit industri kerajinan Indonesia mengalami kemajuan.


https://upload.wikimedia.org

Posting Komentar

0 Komentar