Puluhan tahun tinggal di Bandung, mungkin lebih ratusan kali melewati bangunan ini dalam perjalanan pulang ke rumah, belum pernah sekalipun saya mampir ke sana. Bahkan seingat saya, gedung ini pernah diangkat oleh salah seorang teman sebagai obyek Tugas Akhirnya.
Gedung ini, Museum Mandala Wangsit, museum yang dikelola oleh Angkatan
Darat.
Belum apa-apa, saya sudah membayangkan, tidak ada serunya museum
tentara. Pasti isinya diorama, atau patung-patung yang seringkali, kok,
terlihat seram.
Pada suatu hari Malina, penggiat Heritage Lover, wa ke saya apakah saya
berniat mengikuti jalan-jalan lagi seperti halnya ke Villa Isola beberapa bulan
yang lalu. Poster yang di share berjudul “Jelajah Sejarah Rumah Sang Jenderal” bertempat
di Museum Mandala Wangsit. Wah, baru tahu saya bila gedung ini dulunya adalah
rumah jenderal. Rencananya acara diselenggarakan Minggu, 9 Juli 2017.
Tibalah saya di gedung berwarna hijau ini. Sepertinya kapan-kapan saya
harus melakukan penelitian, nih. Kenapa juga, gedung-gedung milik Angkatan
Darat selalu berwarna hijau. Milik Angkatan Udara berwarna biru. Angkatan Laut
apa ya? Kepolisian, coklat sepertinya.
Acara baru dimulai pukul 08:30 ternyata melibatkan 2 penggiat
kesejarahan yaitu Historia van Bandung dan Heritage Lover. Uniknya para aktivis
Historia van Bandung memakai baju tentara zaman perjuangan dulu. Jadinya acaranya
semacam coz play gitu.
Merasakan seperti Tentara Indonesia |
Berbagai kostum Tentara zaman Perjuangan |
Saksi Sejarah |
Peserta Heritage |
Sejarah Gedung
Museum
Mandala Wangsit di tahun 1910 pernah menjadi rumah dinas tentara setingkat jenderal
KNIL, bernama Henry Maurer dari artileri, sampai thn 1942 ketika Jepang masuk
ke Indonesia.
Awalnya
ada bangunan paviliun untuk ajudan hingga tahun 1930.
Nama
jalan pun dulunya bernama Oud Hospital Weg, kemudian hari bernama jalan
Lembong.
Kenapa sampai membangun khusus rumah untuk jenderal di masa penjajahan Belanda tersebut? Menurut sejarah, pemerintah Hindia Belanda memang berencana memindahkan ibukota pemerintahan ke Bandung. Sedangkan Batavia, yang semula ibukota pemerintahan, direncanakan hanya menjadi kota perdagangan saja.
Oleh sebab itu beberapa kantor strategis sudah mulai beroperasi di kota Bandung, misalnya Balai Besar Kereta Api di Via Duct, Kantor Pos Besar di jalan Asia Afrika, PINDAD, Angkatan Darat yang dipusatkan di Cimahi, dan Rumah Sakit Bungsu, yang dulu bernama Oud Hospital.
Ketika Indonesia merdeka, tentu saja rencana pemerintah Hindia Belanda tersebut buyar, walaupun kantor-kantor pusat tersebut masih beroperasi di kota Bandung.
Di
tahun 1949, terjadilah serah terima jabatan antara pasukan Belanda dengan
Divisi Siliwangi. Dan rumah Jenderal ini kemudian menjadi markas Divisi
Siliwangi.
Ternyata
terjadi pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) dibawah kepemimpinan
Kapten Raymond Westerling.
Peristiwa
APRA ini menimbulkan kekacauan di kota Bandung, dan terkenal dengan peristiwa
Bandung Lautan Api. Bahkan tentara Westerling ini sempat menguasai markas
Divisi Siliwangi ini.
Letnan
Kolonel Lembong yang belum tahu bahwa markas sudah dikuasai oleh pemberontak,
gugur tertembak dari arah jalan Naripan (sekarang).
Pertempuran
hebat selain terjadi di depan gedung, juga terjadi di jalan Asia Afrika, di
depan hotal Savoy Homann.
Menurut yang
dikisahkan oleh saksi sejarah, yang juga hadir di acara jalan-jalan ke Museum
Mandala Wangsit ini, banyak tentara yang menyelamatkan diri loncat ke pagar
belakang. Tentara-tentara ini ditolong oleh warga Tionghoa yang tinggal perumahan
di sekitar gedung.
Sebagai penghormatan kepada Letnan Kolonel Lembong, maka nama beliau diabadikan menjadi nama jalan, lokasi Museum Mandala Wangsit.
Museum Mandala Wangsit |
Museum Mandala Wangsit |
Pintu Masuk |
Nah,
sekarang cerita tentang Museumnya.
Museum Mandala Wangsit
Tadinya
saya kira, Museum Mandala Wangsit adalah gedung kuno yang dulu merupakan rumah
Jenderal Belanda itu. Ternyata Museumnya sendiri dibangun di samping bangunan
ex Rumah Tinggal. Sedangkan Rumah Tinggal tersebut sekarang menjadi Kantor
Pembinaan Mental Angkatan Darat Divisi Siliwangi.
Pantas,
pas sebelum acara dimulai, saya foto-foto gedung, kenapa juga di samping
gedung, di atas pintu ada nama-nama ruangan seksi, seperti halnya kantor
pemerintah.
Gedung Museumnya baru diresmikan tanggal 10 November 1980, ada prasastinya ditandatangani oleh bapak Soeharto, Presiden Republik Indonesia waktu itu.
Prasasti Peresmian Museum |
Sebelum
masuk Museum, kami diterima di sebuah ruangan Aula di belakang Kantor Bintal
tersebut. Diberi pengarahan oleh Sersan Kepala Tommy, yang cukup kocak memberi
penjelasannya.
Beliau
menceritakan tentang panser-panser yang dipamerkan di luar ruangan, restorasi
yang dilakukan, dan bahwa mesin panser itu sudah diganti dengan mesin Corona
2000 cc.
Alamak,
hebatnya orang Indonesia, tak ada rotan akar pun jadi.
Bapak Tommy ini dengan tegas (ya iyalah tegas, namanya juga tentara) mengumumkan tata tertib berada di Museum.
1. Tidak boleh memoto Foto-foto dan Lukisan Peristiwa. Yang saya tahu sih, bila kita memoto memakai blitz, sinar blitz tersebut merusak dan membuat pudar foto dan gambar yang dipamerkan.
2.
Tidak boleh menyentuh koleksi.
Sudah pastilah tangan-tangan pengunjung penuh bakteri dan lemak, apalagi habis
makan gorengan, bakalan merusak artefak yang ada di Museum.
Total ada 11 ruangan di Museum Mandala Wangsit tersebut.
Di Lantai Dasar adalah:
R 1 - Pergerakan Nasional Indonesia (1918-1944)
Kentongan |
R 2 - Detik-detik ProklamasiR 3 Palagan Bandung (1945-1946)
Ruang Pamer |
R 4 Perang Kemerdekaan (1947-1949)
Ruang Pamer |
R 5 Pemberontakan DI/TII Jawa Barat
R 6 Penumpasan DI/TII
Di Lantai Dua adalah:
R 7 Lambang-lambang Satuan Divisi Siliwangi
R 8 Pemberontakan APRA RMS di Sulsel
R 9 Penumpasan G30S PKI dan Tugas International 1965-1974
R 10 Operasi Seroja Timor Timur
R 11 Mantan-mantan Panglima Divisi Siliwangi
Nah,
itulah ruangan-ruangan tempat menyimpan berbagai kisah perjuangan Divisi
Siliwangi.
Ngomong-ngomong
tentang museum yang biasanya dibarengi dengan kisah-kisah mistis.
Adakah
kisah horor di baliknya?
Mungkin
iya, mungkin tidak.
Menurut
Bapak Tommy yang sehari-hari tinggal di salah satu ruangan di kompleks seluas
4.176 m2 dan luas bangunan 1.674 m2, sih, tidak ada apa-apanya. Karena beliau
bertugas mengontrol setiap ruangan setiap hari.
Tapi
bila dengar penjelasan beliau bahwa di antara berbagai senjata yang dipamerkan
masih ada sisa-sisa darah kering yang menempel pada bambu runcing. Mungkin kita
yang mendengar tersugesti terbawa seram, dan tak mau lama-lama lah berada di
Museum.
Dan
juga itu lho, foto-foto korban pemberontakan DI/TII, memang sih bikin bulu
kuduk berdiri.
Mau
tahu fotonya kayak apa?
Sok,
datang saja ke Museum Mandala Wangsit.
Buka
hari kerja, Senin sampai Sabtu.
Tiket
masuknya murah meriah, hanya Rp. 2.500,- per orang.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Alamat: Jalan Lembong no 38 - Bandung
Jam buka:
Senin sampai Jumat pukul 08:00 - 15:00
Kalau ingin datang berombongan, misalnya sekolah-sekolah, di hari Sabtu atau Minggu bisa telepon ke 022-4203393. Nanti akan dibuka Museumnya.
Oleh:
Tri Wahyu Handayani
Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Alamat: Jalan Lembong no 38 - Bandung
Jam buka:
Senin sampai Jumat pukul 08:00 - 15:00
Kalau ingin datang berombongan, misalnya sekolah-sekolah, di hari Sabtu atau Minggu bisa telepon ke 022-4203393. Nanti akan dibuka Museumnya.
Oleh:
Tri Wahyu Handayani
13 Komentar
Kayaknya udah jamak kalau setiap musium, di mana pun, pasti mempunyai kisah yang "spooky" deh. Malem-malem di sini, judulnya uji nyali hihi
BalasHapusJadi serasa ikut menelusuri masa lalu, para tentara Siliwangi melawan penjajahan. Untungnya di museum nggak ada apa-apanya ya sekalipun bambu runcing masih berdarah. Jadi kalau mau bawa night in museum di sini kurang seram 😁
BalasHapusSaya belum pernah kesini Ya Tuhaan .Dulu sepuluh tahun hampir tiap hari lewat padahal .Mesti dijadwalkaan. Makasih tulisannya .jadi Ada bayangan
BalasHapusKalau mengunjungi tempat-tempat seperti ini memang bagusnya dengan pemandu yang paham sejarah dan latar belakang dari gedung yang ada. Sehingga kunjungan menjadi bermakna dan ada pengetahuan yang bisa kita ambil ya mb...saya sangat suka cerita sejarah dan mengikuti wisata heritage seperti ini. Tfs mb....
BalasHapusKayaknya setiap ke Bandung saya sering lewat sini. Tapi, baru tau kaau ada museumnya :D
BalasHapusWaaa museum, kerenn
BalasHapusAngkatan laut itu identiknya biru mbaaa...hehehe....tapi apapun warna nya kalau militer itu tettap gagah yaa...ehhh apa2an ini kok out of the box komennya hahha
BalasHapusbtw, alasan saya ga terlalu seneng wisata museum itu karena itu, suka merinding disko sendiri kalau dekat-dekat barang-barang dari zaman dulu gitu
Seru ya belajar sejarah bareng komunitas begini. Coba dulu jaman sekolah belajar sejarahnya begini, pasti lebih seru deh.
BalasHapusBerkunjung je museum serunya rame-rame. Apalagi ditemani seorang guide. Penasarannya terasaa banget.
BalasHapusApalagi kalau museumnya milik Angkatan Darat gini, gak berani datang sendiri. Takut sama yang jaga haha
Aku senang berkunjung ke museum. Apalagi ajak anak2 dan keluarga kan jadi menambah wawasan, beda dg belajar sejarah di kelas hehehe. Serem juga ya misal ke museum pas sepiii. ada yang nyolek ntar dari belakang hihihi. Bagus kalau ada pemandu wisatanya jadi kita sambil dengar cerita bisa foto2 juga :D
BalasHapusAnak-anakku senang banget ni main ke museum apalagi yang sejarah, seru mengingat zaman dulu gimana perjuangan pejuang ya
BalasHapusBanyak banget informasi baru yang aku dapet.
BalasHapusDan yang paling penting, cara penyampaiannya begitu ringan. Jadi buat orang yang ngga begitu suka sejarah seperti aku ini seru2 banget bacanya
Aduuuh belum pernah kesini sama sekali.. Postingan mbak informatif banget.. Doyan jalan ke museum soalnya.
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung ke blog ini. Silakan tinggalkan komen.
Mohon maaf link hidup akan dihapus ya...